Sofiatul Andariah

Sofiatul Andariah
Lagi seneng

Jumat, 18 November 2011

ekopang Ekosistem akuatik


Ekologi Pangan dan Gizi                             Tanggal mulai: Jumat, 25 Maret  2011
                                                                     Tanggal akhir: Jumat, 1 April 2011


EKOSISTEM AQUATIK DANAU TOBA SEBAGAI
SUMBER DAYA PANGAN PROTEIN HEWANI


Kelompok 9:

Relina K.                     I14104011
Siti Nur Fauziah          I14104022
Arizki W.                      I14104032
Sofiatul Andariah        I14104045


Asisten Praktikum:

A’immatul Fauziah, S.Gz
Yulia Puspita

Penanggung Jawab:
 Dr. Ir. Yayuk F.B, M.S 









DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ekosistem adalah sistem kehidupan atau sistem yang mandiri (artinya mencukupi seluruh kebutuhannya sendiri secara berkesinambungan/selft-sustained). Danau adalah cekungan besar di permukaan bumi yang digenangi oleh air tawar ataupun air asin yang seluruh cekungan tersebut dikelilingi oleh daratan. Danau berdasarkan jenisnya dibagi menjadi tiga bagian; misalnya, danau air tawar, danau air asin, dan danau air asam. Keberadaan ekosistem danau memberikan fungsi yang menguntungkan bagi kehidupan manusia (rumahtangga, industri, dan pertanian).
Ekosistem danau terdapat kesatuan proses yang saling terkait dan mempengaruhi antar semua komponen, baik komponen yang hidup (biotik) dan komponen tak hidup (abiotik). Komponen-komponen tersebut sangat berpengaruh dalam keseimbangan suatu ekosistem. Ekosistem di katakan seimbang apabila komposisi di antara komponen-komponen tersebut dalam keadaan seimbang. Ekosistem yang seimbang, keberadaannya dapat bertahan lama atau kesinambungannya dapat terpelihara. Perubahan ekosistem dapat mempengaruhi keseimbangannya, perubahan tersebut dapat terjadi secara alami serta dapat pula karena aktivitas dan tindakan manusia.
Ekosistem air tawar digolongkan menjadi air tenang dan air mengalir. Termasuk ekosistem air tenang adalah danau rawa, termasuk ekosistem air mengalir adalah sungai. Ekosistem memiliki ciri-ciri antara lain variasi suhu tidak mencolok, penetral cahaya kurang, dan terpengaruh oleh iklim dan cuaca.

Tujuan
            Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
  1. Mempelajari tentang ekosistem aquatik sebagai sumber pangan protein hewani.
  2. Mengetahui ciri ekosistem Danau Toba.
  3. Mengetahui komponen yang terdapat di Danau Toba.
  4. Mengetahui potensi pangan dari ekosistem Danau Toba.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Ciri Ekosistem Danau Toba
Danau Toba adalah sebuah danau vulkanik dengan ukuran panjang 100 kilometer dan lebar 30 kilometer yang terletak di Provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Komunitas tumbuhan dan hewan tersebar di danau sesuai dengan kedalaman dan jaraknya dari tepi. Danau toba memiliki tumbuhan dengan jenis fitoplankton, makrofit-makrofit yang muncul, makrofit-makrofit yang terapung, dan makrofit-makrofit tenggelam. Daerah Danau Toba dikelilingi oleh area hutan cemara yang termasuk kedalam hutan hujan (Whitten dan Mustafa 2007). Menurut Efendi (2009), berdasarkan kedalamannya, ekosistem Danau Toba mempunyai 4 zona (daerah), zona tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.
ghjjjjjjjj              http://kambing.ui.ac.id/bebas/v12/sponsor/Sponsor-Pendamping/Praweda/Biologi/Image/1-7e-2.jpg
Gambar 1 Danau Toba dan Empat Daerah Utama Pada Danau
1. Daerah litoral
Daerah ini merupakan daerah dangkal. Cahaya matahari menembus dengan optimal. Air yang hangat berdekatan dengan tepi. Tumbuhannya merupakan tumbuhan air yang berakar dan daunnya ada yang mencuat ke atas permukaan air. Komunitas organisme sangat beragam termasuk jenis-jenis ganggang yang melekat (khususnya diatom), berbagai siput dan remis, serangga, krustacea, ikan, amfibi, reptilia air dan semi air seperti kura-kura dan ular, itik dan angsa, dan beberapa mamalia yang sering mencari makan di danau.
2. Daerah Limnetik
Daerah ini merupakan daerah air bebas yang jauh dari tepi dan masih dapat ditembus sinar matahari. Daerah ini dihuni oleh berbagai fitoplankton, termasuk ganggang dan sianobakteri. Ganggang berfotosintesis dan bereproduksi dengan kecepatan tinggi selama musim panas dan musim semi. Zooplankton yang sebagian besar termasuk Rotifera dan udang-udangan kecil memangsa fitoplankton. Zooplankton dimakan oleh ikan-ikan kecil. Ikan kecil dimangsa oleh ikan yang lebih besar, kemudian ikan besar dimangsa ular, kura-kura, dan burung pemakan ikan.
3. Daerah Profundal
Daerah ini merupakan daerah yang dalam, yaitu daerah afotik danau. Mikroba dan organisme lain menggunakan oksigen untuk respirasi seluler setelah mendekomposisi detritus yang jatuh dari daerah limnetik. Daerah ini dihuni oleh cacing dan mikroba.
4. Daerah Bentik
Daerah ini merupakan daerah dasar danau tempat terdapatnya bentos dan sisa-sisa organisme mati.
Keberadaan ekosistem Danau Toba memberikan fungsi yang menguntungkan bagi kehidupan manusia (rumah tangga, industri, dan pertanian). Fungsi danau secara ekosistem diantaranya: sebagai sumber plasma nutfah yang berpotensi sebagai penyumbang bahan genetik, sebagai tempat berlangsungnya siklus hidup jenis flora/fauna yang penting, sebagai sumber air yang dapat digunakan langsung oleh masyarakat sekitarnya (rumah tangga, industri dan pertanian), sebagai tempat penyimpanan kelebihan air yang berasal dari air hujan, aliran permukaan, sungai-sungai atau dari sumber-sumber air bawah tanah, memelihara iklim mikro, di mana keberadaan ekosistem danau dapat mempengaruhi kelembaman dan tingkat curah hujan setempat, sebagai sarana transportasi untuk memindahkan hasil-hasil pertanian dari tempat satu ke tempat lainnya, sebagai penghasil energi melalui PLTA, dan sebagai sarana rekreasi dan objek pariwisata (Satriadi 2010).












Komponen Penyususun Danau Toba
Menurut Sariadi (2010), penyusunan ekosistem Danau Toba dilihat dari susunan dan fungsinya, suatu ekosistem tersusun atas komponen sebagai berikut.
1.      Bahan hidup (biotik)
·      Komponen autotrof
Autotrof adalah organisme yang mampu menyediakan/mensintesis makanan sendiri yang berupa bahan organik dari bahan anorganik dengan bantuan energi seperti matahari dan kimia. Komponen autotrof berfungsi sebagai produsen, contohnya tumbuh-tumbuhan hijau.
·      Komponen heterotrof
Heterotrof merupakan organisme yang memanfaatkan bahan-bahan organik sebagai makanannya dan bahan tersebut disediakan oleh organisme lain. Yang tergolong heterotrof adalah manusia, hewan, jamur, dan mikroba.
2.       Bahan tak hidup (abiotik)
Bahan tak hidup yaitu komponen fisik dan kimia yang terdiri dari tanah, air, udara, sinar matahari. Bahan tak hidup merupakan medium atau substrat tempat berlangsungnya kehidupan, atau lingkungan tempat hidup. Salah satu contoh bahan tidak hidup adalah pengurai (dekomposer). Pengurai adalah organisme heterotrof yang menguraikan bahan organik yang berasal dari organisme mati (bahan organik kompleks). Organisme pengurai menyerap sebagian hasil penguraian tersebut dan melepaskan bahan-bahan yang sederhana yang dapat digunakan kembali oleh produsen. Termasuk pengurai ini adalah bakteri dan jamur.
Ekosistem di katakan seimbang apabila komposisi di antara komponen-komponen tersebut dalam keadaan seimbang. Ekosistem yang seimbang, keberadaannya dapat bertahan lama atau kesinambungannya dapat terpelihara. Perubahan ekosistem dapat mempengaruhi keseimbangannya, perubahan tersebut dapat terjadi secara alami serta dapat pula karena aktivitas dan tindakan manusia. Berikut adalah gambar rantai makanan dalam ekosistem danau (Satriadi 2010).
1.    Produsen
Tumbuhan alga dan fitoplankton adalah produsen makanan di dalam rantai makanan di danau. Tumbuhan alga menyerupai tanaman, umumnya berwarna hijau dan melekat di bebatuan atau dasar danau yang masih terpapar cahaya matahari. Ada juga alga yang menyerupai lumut namun berlendir sehingga membuat bebatuan di danau menjadi licin. Contoh tumbuhan alga adalah lidah tiung. Fitoplankton hidup melayang-layang di air. Ia hanya bisa dilihat melalui mikroskop. Sama seperti alga, fitoplankton mampu berfotosintesis karena memiliki klorofil untuk membuat makanannya sendiri dengan bantuan cahaya matahari. Oleh karena itulah, fitoplankton memegang peranan penting dalam rantai makanan di danau. Contoh fitoplankton yang hidup di danau adalah sianobakteri, diatom dan dinoflagelata.
2.    Konsumen
Zooplankton adalah hewan air yang kecil seperti kutu air dan rebon. Mereka memakan fitoplankton karena itulah disebut sebagai konsumen tingkat I dalam rantai makanan di danau. Konsumen di posisi kedua pada rantai makanan di danau adalah pemakan zooplankton. Contohnya ikan kecil atau anak-anak ikan; beberapa zooplankton seperti larva capung, dan lalat kadas; serta berudu. Konsumen ketiga dan seterusnya adalah hewan karnivora. Contoh hewan karnivora adalah kumbang air, capung, mammalia kecil, katak, ular air, udang satang, itik, dan ikan. Dalam rantai makanan di danau, mereka memakan ikan yang lebih kecil, serangga, dan tumbuhan yang hidup di tepi danau. Konsumen teratas adalah predator atau pemangsa tingkat tinggi di dalam siklus rantai makanan di danau. Misalnya elang, bangau dan ikan pike. Ikan pike adalah pemangsa bermulut besar dan bergigi tajam
3.    Pengurai
Komponen penting yang berperan dalam rantai makanan di danau adalah pengurai atau dekomposer.  Mereka berguna untuk merombak bangkai hewan yang telah mati, dedaunan dan tumbuhan yang gugur di danau untuk dipecah menjadi zat hara yang berguna bagi produsen. Contoh pengurai di danau adalah siput, cacing, dan bakteri.
Gambar 2 Rantai Makanan di Danau Toba
Potensi Pangan Danau Toba
          Danau Toba merupakan dapat dilihat sebagai kawasan yang memiliki potensi alam sumberdaya hayati ikan tawar dan merupakan daya tarik tersendiri bagi industri perikanan dibandingkan dengan kedua danau (Aek Natonang dan Sidihoni) yang terdapat di Sumatera Utara. Budidaya ikan adalah salah satu usaha pemeliharaan ikan dengan menggunakan perairan umum sebagai tempat pemeliharaan. Ada beberapa cara tehnik membudidayakan ikan salah satunya budidaya ikan dalam keramba.
Potensi pangan Danau Toba dapat memenuhi masyarakat khususnya yang tinggal di wilayah Danau Toba, sebagai contoh hasil panen ikan yang terdapat dalam danau dapat memenuhi kebutuhan pangan hewani untuk 12.982.204 jiwa di Sumatera Utara (Kasmin 2009). Dari 112.970 ha luas Danau Toba, sekitar 10% atau 1.120 ha bisa dimanfaatkan untuk zona perikanan budidaya air tawar. Permukaan danau yang sudah dimanfaatkan untuk pengembangan ikan dengan sistem keramba baru sekitar 40 ha. Berarti masih terdapat sekitar 1080 ha lagi permukaan danau tersebut dapat dimanfaatkan untuk budidaya ikan dengan sistem keramba (jarring apung). Potensi pangan dari Danau Toba sebagai sumber protein dalam makalah ini, contoh yang diambil adalah ikan mujair dan ikan nila merah.

Ikan Mujair
Ikan mujair merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, bentuk badan pipih dengan warna abu-abu, coklat atau hitam. Jenis ikan ini mempunyai kecepatan pertumbuhan yang relatif lebih cepat, tetapi setelah dewasa percepatan pertumbuhannya akan menurun (Sugiarti 1988). Panjang total maksimum yang dapat dicapai ikan mujair adalah 40 cm (Sutanmuda 2008). Manfaat dari ikan mujair adalah sebagai sumber penyediaan protein hewani. Berikut adalah Gambar Ikan mujair beserta contoh kerambanya.
ttt           ikan-mujair
Gambar 3. Keramba dan Ikan Mujair
Pemanenan ikan mujair dapat dilakukan dengan cara: panen total dan panen sebagian. Panen selektif atau sebagian dilakukan pada ikan yang akan dipanen dipilih dengan ukuran tertentu (untuk pemanenan benih). Ukuran benih yang akan dipanen (umur 1-1,5 bulan) tergantung dari permintaan konsumen, umumnya digolongkan untuk ukuran: 1-3 cm, 3-5 cm dan 5-8 cm. Panen total umumnya dilakukan untuk menangkap/memanen ikan hasil pembesaran. Umumnya umur ikan mujair yang dipanen berkisar antara 6 bulan dengan jumlah dalam satu keramba berkisar antara 30 – 35 ekor (Rahardi 1993).
Hasil panen ikan mujair dalam 1347 buah keramba di danau toba menghasilkan 40.000-47.000 ekor ikan mujair, dengan asumsi satu keramba yaitu 9700 gram ikan mujair. Dari 1347 keramba menghasilkan 26.535.900 gram atau setara dengan 26,5 ton ikan mujair. Produksi sehari ikan mujair adalah 147 kg/hari, sedangkan komoditasnya untuk dua kali panen dengan selang enam bulan sekali, yaitu 53 ton atau setara dengan 53.071.800 gram. Energi yang disumbangkan untuk penduduk di Sumatera Utara adalah 1027 kalori/g/hari. Protein yang disumbangkan untuk penduduk di Sumatera Utara adalah 190,9 g/g/hari. Daya dukung lahan danau toba adalah 417 %.

Tabel 1 Kandungan Energi dan Protein Ikan Mujair Per Kapita Per Hari
Pangan
Produksi/Hari (gram)
Jmlh Penduduk
BDD%
E/100 g
(Kal)
P /100g (gram)
E Kap/Hari (Kal)
P Kap/Hari (gram)
Ikan Mujair
114897,2
12.982.204.365
80 %
86
16
1027
190,9

Ikan Nila Merah
            Secara genetik ikan nila merah memiliki keunggulan pertumbuhan dan produktivitas yang lehih tinggi dibandingkan dengan jenis ikan nila lain. Pertumbuhan ikan nila jantan dan betina dalam satu populasi akan selalu jauh berbeda, nila jantan 40% lebih cepat dari pada nila betina.  Disamping itu, yang betina apabila sudah mencapai ukuran 200 gram pertumbuhannya semakin lambat, sedangkan yang jantan tetap tumbuh dengan pesat. Ikan nila dapat dipanen pada umur 3–4 bulan dengan bobot 300 gram/ekor (Sutanmuda 2008).
hghgh            rrtt
Gambar 4. Keramba dan Ikan Nila Merah

Hasil panen ikan nila dalam 1527 keramba di danau toba menghasilkan 45000-53000 ekor ikan nila, dengan asumsi satu keramba yaitu 10000 gram ikan nila. Dari 1527 keramba menghasilkan 15.270.000 gram atau setara dengan 15,3 ton ikan nila. Produksi sehari ikan mujair adalah 84,8 kg/hari, sedangkan komoditasnya untuk dua kali panen dengan selang enam bulan sekali, yaitu 30,5 ton atau setara dengan 30.540.000 gram. Energi yang disumbangkan untuk penduduk di Sumatera Utara adalah 591 kalori/g/hari. Protein yang disumbangkan untuk penduduk di Sumatera Utara adalah 190,9 g/g/hari. Daya dukung lahan danau toba adalah 240,2 %.

Tabel 2 Kandungan Energi dan Protein Ikan Nila Per Kapita Per Hari
Pangan
Produksi/Hari (gram)
Jmlh penduduk
BDD%
E/100 g
(Kal)
P /100g (gram)
E Kap/Hari (Kal)
P Kap/Hari (gram)
Ikan Nila
30.540.000
12.982.204.365
80
86
16
591
109,9



































KESIMPULAN
            Danau tidak hanya dapat dimanfaatkan sebagai objek pariwisata yang memiliki keindahan alam yang dapat memanjakan mata, tetapi dapat pula dimanfaatkan sebagai tempat pemeliharaan atau pembudidayaan ikan air tawar. Hasil potensi alam yang dimiliki oleh danau dapat menjadi sumber daya pangan yang dapat member asupan zat gizi dalam hal ini adalah zat gizi makro yaitu protein.
            Ciri dari ekosistem Danau toba memiliki tumbuhan dengan jenis fitoplankton, makrofit-makrofit yang muncul, makrofit-makrofit yang terapung, dan makrofit-makrofit tenggelam, serta daerahnya dikelilingi oleh area hutan cemara yang termasuk kedalam hutan hujan. Ekosistem danau toba dapat dibagi menjadi 4 (empat) zona daerah diantaranya daerah litoral, limnetik, profundal, dan bentik.
            Komponen yang terdapat dalam Danau Toba adalah komponen biotik dan abiotik. Komponen biotik tersusun atas komponen autotrof dan komponen heterotrof, sedangkan komponen abiotik tersusun atas komponen fisik dan kimia yang terdiri dari tanah, air, udara, sinar matahari. Bahan tak hidup merupakan medium atau substrat tempat berlangsungnya kehidupan, atau lingkungan tempat hidup. Salah satu contoh bahan tidak hidup adalah pengurai (dekomposer).
            Danau Toba merupakan dapat dilihat sebagai kawasan yang memiliki potensi alam sumberdaya hayati ikan tawar dan merupakan daya tarik tersendiri bagi industri perikanan dibandingkan dengan kedua danau (Aek Natonang dan Sidihoni) yang terdapat di Sumatera Utara. Potensi pangan Danau Toba dapat memenuhi masyarakat khususnya yang tinggal di wilayah Danau Toba.
            Hasil panen ikan mujair dalam 1347 keramba sebanyak 40.000-47.000 ekor dengan berat 1 ekor ikan mujair berkisar antara 500-600 gram. Ikan mujair yang di panen (6 bulan) menghasilkan 147 kg/hari dalam 1347 keramba, sehingga dalam setahun dari 1347 keramba menghasilkan 53 ton ikan mujair. Budidaya nila di karamba jaring apung menghasilkan 1527 keramba sebanyak 45.000-53.000 ekor dengan berat 1 ekor ikan nila adalah 300 gram. Ikan nila yang di panen (6 bulan) menghasilkan 84,8 kg/hari dalam 1347 keramba, sehingga dalam setahun dari 1347 keramba menghasilkan 30,5 ton ikan nila. Dari hasil panen ikan mujair dan nila dapat menyumbangkan zat gizi yang diperlukan oleh masyarakat Sumatera Utara.

DAFTAR PUSTAKA
Efendi S. 2009. Ekosistem Danau. http://www.idwipedia.org. [30 Maret 2011].

Kasmin P. 2009. Kabupaten Toba Samosir. http://www.tobasamosirkab.go.id.
[31 Maret 2011].

Rahardi, F. 1993. Kristiawati, Regina. Nazaruddin. Agribisnis Perikanan. Jakarta:
Penerbit Swadaya.

Satriadi T. 2010. Ekosistem dan Pemanfaatannya. http://www.biology.org.
[30 Maret 2011].

Sugiarti, Ir. 1988. Teknik Pembenihan Ikan Mujair dan Nila. Jakarta: Penerbitan
CV Simpleks (Anggota IKAPI).

Soeseno, S. 2004. Perkenalkan Ikan Mujair dan Nila Merah. PT Gramedia,
Jakarta.

Whitten, A.J,. M. Mustafa. 2007. Ekologi Sumatera Utara. Yogyakarta: Gadjah
Mada Univ. Press.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar